Kamis, 26 Juni 2014

Negri DemoCrazy?

Wohooo…. I’m back!!!! Apa kabar lu semua? Buat elu yang lagi njomblo, ini gue kasih kerjaan yang lebih bermanfaat daripada ngegalau. Yaitu ngerenungin apa yang gue tulis kali ini. Weits, tapi yg udah punya pacar juga boleh kok ikutan. Kalian juga kaga perlu bayar buat baca tulisan gue.
Nah, kali ini gue akan bahas beberapa hal yang berbau politik di negeri ini. Mumpung nih ada PILPRES 2014, lumayan biar gue bisa kelihatan pinteran dikit tentang politik. Kali aja ada yang terpesona dengan pemikiran-pemikiran gue yang luar biasa anehnya di tulisan ini nanti. oke deh, mari kita mulai.
Indonesia sejak dari awal masa penjajahan sudah menganut sistem demokrasi. Sudah hampir 69(ini bukan style loh ya) tahun Indonesia menganut paham pemerintahan Demokrasi Pancasila. Kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, itulah inti dari demokrasi. Bisa juga dikatakan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat itu sendiri”. Iya itu gambaran demokrasi secara umumnya
Namun menurut kacamata politik gue, meskipun gue ga pake kacamata, Demokrasi di Indonesia bukanlah demokrasi pada umumnya. Demokrasi di Indonesia ini sungguh super aneh, karena menyimpang dari jalan yang benar. Gue lebih sukan nyebut Indonesia menganut sistim Pemerintahan “DemoCrazy”. demoCrazy adalah keadaan dimana rakyatnya hanya bisa berdemonstrasi, sedangkan wakil rakyatnya semakin gila untuk korupsi. Gimana mau dikatakan ga gila coba? Sekarang contoh aja KEMENAG kita yang baru saja terindikasi korupsi dana Haji. Ga main-main loh ini. Dia sudah sangat gila korupsi hingga dana haji dikorupsi. Bahkan menurut gue pribadi, ga ada satu pun setan yang berani korupsi dana haji. Gila kan dia?
Selain itu, wakil-wakil rakyat yang menjadi tersangka maupun terdakwa korupsi itu kaga punya malu. Coba aja tonton di TV, kalau ada berita TIPIKOR gitu pelakunya malah dada-dada tebar pesona gitu tanpa ada malu. Gila kan? Gue aja mau nembak cewek harus pikir-pikir dulu biar ga malu kalau nantinya ditolak.
Demokrasi atau DemoCrazy? Atau bahkan demokrasi yang bergaya democrazy? Oh iya, ini juga yang lagi panas banget di negri ini. Dimana dalam perjalanan menuju PILPRES ini diwarnai saling serang antar kubu. Coba elu baca deh berita-berita di Tribunnews.com dan kompas.com. lalu elu baca tuh komen-komen dibawahnya. Elu bakal nemuin beberapa hewan yang mengutarakan komentar-komentar pedas amoral. Kenapa gue menyebut mereka hewan? Karena, menurut gue hewan itu ga punya akal pikiran. Jadi seenaknya sendiri kelakuanya. Kalau emang mereka manusia, mereka pasti bisa berfikir dengan akal dan pikiranya tentang apa yang sebaiknya dituliskan di kolom komentar.
Belum lagi masalah kampanye hitam. Kalau begini terus, bisa-bisa negara ini hancur. Terus juga penyakit kronis dalam masyarakat kita adalah gampangnya mereka termobilisasi isu-isu fitnah yang beredar. Media massa kita juga sudah tak netral lagi dan saling serang, sehingga banyak berita bohong yang disebarkan. Masyarakat pun jika mudah percaya akan isu-isu bohong akan bingung dan resah. Makin dihantui dengan rasa kebimbangan mana yang benar-mana yang salah, hamopir sama ketiha gue dihantui kenangan mantan gitu lah. Media massa yang tugasnya mencerdaskan kehidupan bangsa, malah menjadi media pembodohan bangsa.
Belum lagi debat-debat bodoh antar-pendukung kedua kandidat yang dipenuhi dengan monyet-monyet berisik. Dimana mereka tidak memiliki etika dalam berbicara dan tidak mau mengalah dalam berbicara. Dimana mereka tidak akan memberikan kesempatan kepada lawan politiknya  untuk berbicara dan menyangkal issu-issu yang belum tentu benar adanya. Dimana monyet-monyet itu adalah mereka yang sebenarnya bertanggung jawab terhadap fitnah-fitnah yang berterbangan bagaikan peluru di medan perang.
Oke ini memang perang politik. Tapi bukan berarti bisa dijadikan sebagai ajang untuk saling membunuh lawan politik. Oke, ini memang ajang untuk pamer dan promosi program untuk menjadikan Indonesia maju kedepanya. Tapi ini bukan ajang untuk saling menjatuhkan lawan politik.
Buat elu-elu yang sudah punya hak suara, ga perlu lah kalian pamer di SOSMED kubu mana yang kalian dukung. Buat apaaaah? Buat pamer gitu kalau elu udah bisa nyoblos? Apa elu ga mikir kalau asas pemilu Indonesia ini LUBER JURDIL? Meskipun elu nge-post di SOSMED tentang siapa yang elu dukung, itu ga bakal buat elu jadi kelihatan makin gaul. Inget men, gaul tidak ditendukan oleh postingan tentang politik di SOSMED. Apalagi kalau elu ngejelek-jelekin salah satu kubu. Itu Cuma ngebuat elu jadi bego. Udah, cukup monyet-monyet yg suka berdebat aja yang bego. Elu jangan.
Kita tetap satu. Bahasa kita, bangsa kita, tanah air kita tetep satu. Boleh pilihan dan pendapat kita itu berbeda. Tapi bukan berarti kita harus terpecah karena perrbedaan. Coba mikir ini dalem-dalem dan serius. Kalau misal perbedaan adalah alasan untuk perpecahan, terus bagaimana elu lahir? Bagaimana bisa elu lahir kalau perbedaan kelamin jadi alasan orang tue elu untuk gak nikah? Hehehe.
“Beuty in diversity” kalau kata-kata orang bijak. Tapi ini bukan kata-kata gue loh yaa... jadi gue kaga ngaku kalau gue bijak. Perbedaanlah yang membuat dunia ini lebih berwarna. Perbedaan lah yang membuat dunia mengalami berbagai macam kemajuan. Perbedaanlah yang membuat kita masih bisa hidup sampai saat ini, karena jika dunia dituntut untuk seragam, maka akan terjadi perang-perang rasisme yang akan menghancurkan dunia ini.
Gue gak mihak, gue ga nyerang salah satu kandidat. Gue juga ga bilang gue dukung siapa di PILPRES 2014 ini. Tapi gue Cuma mau menyampaikan ke elu semua. Kalau elu emang manusia berakal, jangan sekali-sekali menjelek-jelekkan salah satu kandidat capres-cawapres, karena belum tentu elu lebih baik jika berada dalam posisi mereka. Satu lagi pesen gue, buat yang punya hak pilih. Elu harus dateng ke TPS-TPS terdekat untuk nyoblos. Jangan sampe elu golput. Golput Cuma diperuntukkan bagi mereka yang ga berpendidikan.
Semoga di pemilu kali ini, kita mendapatkan pemimpin yang benar-benar mau turun ke bawah. Bukan hanya pemimpin yang selalu mengandalkan teori dalam pengambilan keputusan. Semoga pemimpin kita nantinya bisa menyejahterahkan seluruh rakyat Indonesia, khususnya warga Aceh, Papua, dan warga-warga di daerah perbatasan agar kejadian Timor-timor, pulau Sipadan dan Ligitan tidak terulang lagi. Dan yang terakhir, semoga pemimpin kita yang baru nantinya mampu menaikkan harkat dan martabat kaum jomblo yang selama ini selalu ditindas dan dibully habis-habisan. Iya, gitu.

Sorry kalau bacaan berat, gue Cuma nyampein apa yang gue pikirin, dengan harapan elu yang tadinya suka menyerang lawan kandidat pilihan elu bisa sadar dan kaga ngejelek-jelekin lagi. Gue tau elu cerdas. Gue tau elu sudah bisa berfikir dewasa. Bijaklah, dan jangan lupa 9 Juli nanti, pilih kandidat sesuai hati anda. Menuju Indonesia yang satu, Indonesia yang berdaulat, Indonesia yang adil dan makmur. Sekian, semoga bermanfaat. Jangan lupa ya, 9 Juli!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar